Kamis, 23 Juli 2015

Birahi Ratna Bersama Mbak Anna



Kos Mbak Anna terkenal bebas. Kos yang tidak dikhususkan untuk cewek atau cowok itu tak mirip dengan kos-kosan. Bentuknya rumah yang luas memanjang ke belakang dan berlantai dua.

Ada 5 kamar di bawah, tidak termasuk kamar pemiliknya yang ada di depan berhadapan ruang tamu, dan 5 kamar di atas. Masing-masing lantai ada kamar mandi, toilet, dan tempat mencuci. Kamar mandi, toilet, dan tempat mencuci ini untuk penghuni kos. Sementara kamar pemilik kos punya kamar mandi di dalam.


Kos yang sangat bersih dan nyaman itu lantai satunya diperuntukkan cowok, sedangkan cewek ada di lantai atas. Penghuninya mulai dari anak sekolahan, anak kuliahan, dan pekerja. Kebanyakan anak sekolahan, karena letaknya memang tak jauh dari salah satu SMK swasta di kota kecil itu.


Penghuni ceweknya, 4 anak SMK dan 1 pekerja koperasi yang berjarak 300 meter dari kos. Sedangkan penghuni cowoknya, 3 anak kuliahan dan 2 anak SMA negeri. Penghuni cowok kos ini rata-rata bersepeda motor, karena letak kampus atau SMA mereka cukup jauh, sekira 4 kilometer dari kos.


Mbak Anna sendiri adalah simpanan salah satu kontraktor di kota ini. Usianya baru 27 tahun. Dia menuntut lelakinya itu untuk membuatkan usaha kos-kosan lantaran si pengusaha itu tidak mau menikahinya secara siri. Jika tidak dipenuhi, foto-foto mesum mereka yang berjumlah puluhan itu akan dikirimkan ke anak istri si pengusaha itu.


"Buat apa aku malu kalau foto itu tersebar. Toh aku memperlihatkannya ke anak istri dia. Bahkan aku pengen banget memperlihatkannya ke anak dia yang ganteng itu. Sekalian mengajaknya bercinta, hahaha...."


Itu Mbak Anna ungkapkan ke Ratna, salah seorang penghuni kos-kosannya.


"Itu foto-foto yang ambil si Sari," sambung Mbak Anna sesaat setelah memperlihatkan foto-foto mesumnya ke Ratna pada suatu sore di dalam kamar Mbak Anna.


Sari adalah penghuni kos yang bekerja di koperasi itu. Mbak Anna sewaktu belum dibuatkan kos-kosan sama lelaki kontraktor yang usianya kepala 5 itu pernah hidup indekos pula, satu kos sama Sari. Mereka berdua sama-sama bekerja sebagai pemandu karaoke di salah satu karaoke yang yang ada di kota yang bertetanggaan dengan kota asal mereka berdua.


Walau bekerja di tempat yang identik dengan kehidupan malam, mereka berdua hampir tidak pernah minum alkohol. Hanya saja selain memiliki suara bagus dibanding pemandu karaoke lainnya, mereka berdua memang dikenal berani untuk urusan menggoda birahi lelaki. Itupun gak sembarang lelaki. Kalau lelaki yang ngerum tidak berkantong tebal, mereka berdua melayaninya dengan sedikit minum dan bernyanyi.



Tapi kalau lelakinya berkantong tebal mereka melayaninya dengan striptis toples. Lalu tongkat birahi si lelaki akan digoyang saat pantat mereka duduk di pangkuan si lelaki. Hebatnya, mereka berdua pantang untuk dijamah, apalagi disuruh memegang tongkat si lelaki. Jika minta lebih, mereka berdua menawarkannya ke Rini atau Rani. Duo R ini adalah teman kos mereka yang bekerja di counter hape tapi mau nyambi ngumpulin uang berlendir.

"Ngumpulin modal buat bikin counter hape sendiri," kata duo R ini.


Untuk lebih mempercepat ngumpulin modalnya, duo R ini bahkan tak risih untuk mau main bertiga atau menjadi tontonan main lesbi. Maklum saja, duo R ini bersahabat sejak SMA. Jadi sudah sangat intim.


"Kalau aku sama Sari hanya threesome, itupun hanya sekali setelah Sari kupergoki selingkuh main dengan Mas Kontraktor. Sekalian saja kusuruh Sari ngambil foto-foto ini," cerita Mbak Anna pada siang itu sambil memperhatikan kegelisahan Ratna yang tengkurap di springbednya memperhatikan foto-foto dewasanya. Ada dua foto yang jadi fokus perhatian Ratna.



"Tetekmu belum pernah pa dihisap sama si dia?" tanya Mbak Anna yang duduk di sebelahnya.

"Jangankan menghisap atau meraba, pegang tangan saja dia enggak," protes nada Ratna.


"Sebelum sama dia?" tiba-tiba saja Mbak Anna pengen tahu lebih jauh.


"Sebelumnya itu dulu masih kelas 3 SMP, Mbak. Jadi gak tahu begitu-begituan. Sekali dia tahu malah dari teman sebangkuku, dan langsung selingkuh dengannya," cerita Ratna sambil menggerak-gerakkan pantatnya. Mbak Anna tahu gadis manis berambut sepunggung itu tengah terangsang. Mungkin membayangkan teteknya dihisap atau pepeknya dijilat seperti pose Mbak Anna dalam foto itu.


"Lho, kamu kok tahu kalo dia tahu begituan dari teman sebangkumu? Kamu ngintip ya?" Mbak Anna tersenyum simpul. 


"Ih, enggaklah. Ya aku tahu saat ada novel begituan di rumahnya. Itu novel kan sebelumnya pernah kulihat ada di tas teman sebangkuku itu. Langsung saja kutebak. Dia ngaku, langsung saja ku putusin dan tak lagi sebangku sama cewek itu," sergah Ratna yang berbalik terlentang dan memperhatikan Mbak Anna yang melepas kaosnya dan berganti dengan daster putih tipis sepaha.


"Mbak, teteknya bisa bulat mangkuk begitu. Bagus," puji Ratna yang sempat memperhatikan susunya Mbak Anna yang terbungkus beha hitam berenda.

Mbak Anna hanya tersenyum. Ia lalu melepas celana pendeknya, dan menggantungnya di gantungan dinding.


"Terus, seminggu lalu cowokmu kamu ajak naik ke kamarmu itu ngapain?" Mbak Anna mengalihkan perhatian Ratna dari tubuhnya sambil tetap berdiri menghadap gantungan membelakangi Ratna.


"Ya cuma duduk ngobrol sambil ngerjain tugas. Padahal sudah kugoda dengan pakai tank top."



"Yah, kurang menggoda lagi," timpal Mbak Anna yang ternyata tengah merabai susunya dan kadang meremasnya.

"Aku kan gak punya daster tipis seperti punyanya, Mbak." kali ini Ratna baru sadar Mbak Anna tengah merangsang dirinya dengan meremasi susunya sendiri seperti yang sudah sebulan ini sering dia lakukan.


"Mbak ngapain?"


Mbak Anna berbalik, jari telunjuk kanannya terangkat ke bibir memberi isyarat agar Ratna tidak tanya. Lalu berjalan mendekat, dan berbisik ke Ratna.


"Cowok sebelah ada ngintip lewat lubang dinding dekat gantungan itu, hihihi...."



"Hah, kok bisa ada lubang? Memang dindingnya gak tembok?"

"Tidak. Sengaja ku minta gak ditembok. Hihihihi.... Tapi bukannya sengaja untuk dilubangi. Kan jatinya tebal. Gak tahunya sama penghuni sebelumnya dibor, dan ditutup sama pasak yang hampir tidak kentara."


"Tapi kan bisa Mbak tutup?"


"Biarin ah. Hitung-hitung sedekah pemandangan indah, hahaha..."


Tertawa Mbak Anna sengaja dikeraskan agar gak mengundang curiga.



"Lanjutin ceritamu deh," sambung Mbak Anna yang telah duduk bersila di samping Ratna menghadap ke gantungan baju. Selakangannya yang bercelana dalam g-string warna hitam dibiarkan jadi pemandangan cowok di kamar sebelah.

"Mbak sengaja ya mengkhususkan kamar dekat Mbak ini untuk cowok ganteng? hehehe.."


"Kamu naksir ya?"


Mbak Anna memperhatikan Ratna yang telah duduk sejak tadi membelakangi gantungan baju, memeluk guling erat hingga ke pahanya.


"Nggak ah. Sudah jadi pacar gelapnya Mbak Sari. Pernah kulihat bercinta dengan Mbak Sari yang mungkin lupa menutup pintu kamarnya."


"Haaaa! Dasar Sari, gak tahan liat cowok ganteng. Wah wah..."


Ratna melihat tangan kanan Mbak Anna sudah meluncur ke selakangannya dan mengelus pepeknya yang masih terbungkus celana dalam.


"Mbak juga, weee."


"Aku kan cuma ngerjain tuh cowok. Salah sendiri ngintip."


"Iya tuh. Gara-gara gak ditutup pintunya saat begituan dengan Mbak Sari, jadi bikin tanganku ketagihan seperti tangannya Mbak Anna sekarang."


"Haaa! Kamu sudah ketagihan begini?" praktek Mbak Anna mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam mengelus-elus pepeknya.



"Oh, itu namanya ya, Mbak. Iya, Mbak. Makanya aku minggu lalu sengaja ngajak ngamar cowokku. Itupun setelah kupaksa. E, gak tahunya benar-benar tak goyah."

Mbak Anna mengubah duduknya jadi ngangkang, tangan kiri bersandar di belakang menyangga tubuhnya dan tangan kanan mengelus-elus pepeknya dengan pantat terangkat-angkat.


"Aduhh, Mbak. Jadi pengen ada cowoknya."


"Gimana kalau kuatur agar kamu bisa mencicipinya dengan cowok itu?" Mbak Anna memalingkan mukanya ke Ratna. Dipandanginya wajah Ratna yang manis. Walau tertarik dengan gadis SMA itu, Mbak Anna masih bisa menahan diri untuk tidak dianggap lesbi.


"Tidak ah. Mbak saja, nanti aku menikmati pertunjukkan live-nya," sahut Ratna yang kini tak malu lagi menggoyang-goyang pantatnya dengan paha bercelana pendek menjepit guling.


"Itumu gatal ya, Rat? hehehe..."


"Ah Embak. Aku pindah ke kamarku aja, sambil phonesex sama mantanku," nyengir Ratna bergegas turun dari springbed dan berlalu dari kamar juragan kos itu. (*)

Label: